Iman Terhadap Taqdir

Al-Ustadz Abu Unaisah Jabir bin Tunari hafidzahullah

Makna Iman terhadap Taqdir adalah keimanan bahwa kejadian sudah diketahui oleh Alloh sebelum terjadi, saat terjadi, sesudah terjadi dan bagaimana terjadinya serta akibat dari kejadian tersebut, keimanan bahwa segala kejadian telah Alloh tuliskan dalam kitab, keimanan bahwa disaat kejadian tersebut terjadi maka tidak lepas dari kehendak Alloh serta penciptaan Alloh terhadapnya, masuk didalamnya keimanan bahwa Alloh menciptakan kemampuan bagi hamba berupa kesiapan dan keselamatan alat untuk berbuat serta Alloh menciptakan untuknya keinginan namun Alloh melebihkan bagi orang beriman berupa taufiq dan pemeliharaan dari tergelincir berlarut – larut dalam kekukufuran, kefasikan dan kemaksiatan, keimanan bahwa segala perbuatan Alloh berlandaskan diatas keadilan, hikmah dan kemurahan.
Dari pemaparan diatas dipahamilah beberapa cabang pembahasan iman terhadap taqdir diantaranya :
Pertama : beriman terhadap taqdir adalah wajib dan merupakan salah satu rukun iman yang enam dan barang siapa yang mengingkarinya maka kafir . Alloh berfirman :
{ إن كل شيء خلقناه بقدر }
Alloh memberitakan dalam ayat tersebut bahwa segala sesuati Dia ciptakan dengan taqdir maka barang siapa yang mengingkarinya berarti dia mendustakan pemberitaan Alloh dan itu adalah kekufuran . Rasululloh bersabda saat ditanya tentang iman :
{ وأن تؤمن بالقدر خيره وشره } رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة ورواه مسلم أيضا عن عمر
Rasululloh memberitakan bahwa iman diantaranya adalah iman terhadap taqdir, jawaban beliau ini yang hanya menyebut enam perkara menunjukkan bahwa enam perkara itulah rukun iman oleh karenanya Abdulloh bin Umar berdalilkan dengan hadis ini akan kafirnya orang yang mengingkari taqdir sebagaimana disebutkan dalam shohih Muslim dalam kitabul iman . Hal itu sebab yang mengingkarinya adalah mendustakan pemberitaan Rasululloh .
Kedua : rukun didalam mengimani taqdir ada dua yaitu sebelum kejadian dan ketika terjadi . Sebelum kejadian terkandung didalamnya kewajiban mengimani bahwa Alloh telah mengetahuinya dan telah menuliskannya dalam kitab . Alloh berfirman :
{ إن الله يعلم ما في السماء والأرض إن ذلك في كتاب إن ذلك على الله يسير }
Alloh memberitakan dalam ayat tersebut ilmuNya terhadap segala sesuatu dan bahwa hal itu telah Dia tulis dalam kitab, maka barang siapa yang mengingkari hal ini berarti dia mendustakan pemberitaan Alloh dan itu adalah kekufuran . Contoh mengingkari hal ini adalah keyakinan atau ucapan bahwa Alloh tidaklah mengetahui kejadian kecuali jika telah terjadi adapun sebelumnya maka tidak mengetahui, Maha Suci Alloh dari sangkaan semisal ini ! oleh karenanya para ulama mengkafirkan kelompok qodariyyah ekstrim yang mengingkari ilmu Alloh terhadap kejadian .
Ketika terjadi kejadian maka dalam rukun ini terkandung dua perkara yang wajib diimani yaitu tidak terlepasnya kejadian tersebut dari kehendak Alloh dan penciptaan Alloh terhadapnya . Alloh berfirman :
{ إنما أمره إذا أراد شيئاً أن يقول له كن فيكون }
Alloh memberitakan dalam ayat tersebut tidak terlepasnya setiap kejadian dari kehendak Alloh maka wajib atas setiap hamba untuk meyakini benarnya pemberitaan Alloh ini . Adapun penciptaan maka Alloh berfirman :
{ الله خالق كل شيء }
Alloh memberitakan bahwa Dia adalah Maha Pencipta yang menciptakan segala sesuatu, maka yang ada hanyalah dua Kholiq Sang Maha Pencipta yaitu tiada lain adalah Alloh atau makhluq yang dicipta yaitu apapun selain Alloh . Hal ini wajib diimani sebab berita dari Alloh adalah benar .
Ketiga : Alloh menciptakan kemampuan dan kehendak bagi manusia sehingga mereka adalah pemilik keduanya, dari tinjauan ini maka perbuatan manusia juga merupakan makhluq ciptaan Alloh . Alloh berfirman :
{ والله خلقكم وما تعملون }
Alloh memberitakan kepada manusia bahwa Dia adalah Dzat yang menciptakan mereka seutuhnya termasuk didalamnya adalah kemampuan dan kehendaknya, Dia juga Dzat yang menciptakan amal perbuatan mereka tanpa terkecuali . Perlu diketahui bahwa kemampuan yang diperuntukkan bagi hamba ada dua bentuk ; pertama adalah kemampuan berupa kesiapan alat dan keselamatannya dari cacat untuk menjalankan ketaatan seperti badan yang sehat, akal yang waras dan panca indera yang normal, maka kemampuan jenis ini terkait padanya perintah dan larangan dalam artian siapa yang badannya sehat lagi normal dan waras akalnya serta inderanya maka dia terbebani ketaatan menjalankan perintah dan menjauhi larangan . Kemampuan jenis ini tidak dibedakan antara mukmin dan kafir . Kedua adalah kemampuan yang berupa taufiq untuk menjalani ketaatan dan ‘ishmah dari kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan atau berlarut – larut didalamnya, maka ini tidak terkait padanya perintah dan larangan namun ini hanya diperuntukkan bagi hambanya yang muwaffaq dari orang – orang yang beriman .
Perkara ini wajib diimani dan diyakini kebenarannya, adapun pengingkaran bahwa perbuatan manusia ciptaan Alloh akan tetapi ciptaan manusia itu sendiri maka ini adalah kesesatan yang nyata tak ubahnya seperti kesyirikan kaum majusiy yang meyakini adanya dua pencipta bagi alam ini . Meski demikian hamba adalah pelaku hakiki, dia diberi kehendak dan kemampuan oleh karenanya perbuatan manusia dinisbatkan kepadanya sehingga dialah simukmin atau kafir atau fasik . Alloh berfirman :
{ لمن شاء منكم أن يستقيم وما تشاؤن إلاّ أن يشاء الله ربالعلميــن }
Alloh memberitahukan kepada hambaNya bahwa mereka memiliki kehendak untuk memilih antara istiqomah diatas al haq atau tidak namun kehendaknya tidaklah akan terwujud kecuali jika dikehendaki oleh Alloh untuk terjadi . Alloh juga berfirman :
{ وما رميت إذ رميت ولكن الله رمى }
Alloh memberitakan bahwa dihari perang badr nabi kita Muhammad sholallohu ‘alaihi wasallam melemparkan pasir kepada barisan musuh, beliaulah yang melempar dan disebut sebagai pelempar namun Alloh beritakan bahwa kemampuan untuk pasir itu tepat mengenai wajah setiap musuh adalah milik Alloh . Inilah dua kemampuan yang dijelaskan diatas sekaligus memberitahukan bahwa hamba adalah pelaku hakiki punya kehendak untuk berbuat dan bukan paksaan yang tidak memiliki kehendak dan kemampuan . Maka pendapat bahwa manusia adalah paksaan yang tidak memiliki kehendak dan kemampuan namun kehendak adalah kehendak Alloh yang menjadi pelaku perbuatannya juga Alloh adalah bentuk kesesatan lain dalam taqdir yang nyata tak dinyana ia akan mengantarkan kepada wawasan bersatunya Dzat Alloh dengan dzat hambaNya, jika sampai demikian maka tak ragu lagi bahwa itu adalah kekufuran .
Keempat : Alloh adalah pemilik nama al Hakim yang diantara maknanya adalah Pemilik sifat hikmah dalam setiap perbuatannya, perbuatanNya tidaklah terlepas dari kesempurnaan ilmuNya dan berporos pada sifat adil atau fadhl ( kemurahan ) . Jika Dia menimpakan adzab apapun bentuknya maka atas dasar sifat adilNya, ia tidak akan pernah sekalipun menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya dan jika Dia mencurahkan nikmat apapun bentuknya kepada hamba maka atas dasar fadhlNya, tiadalah seorangpun yang membebaniNya . Alloh berfirman :
{ إن الله كان عليماً حكيماً }
Alloh juga berfirman :
{ قل بفضل الله وبرحمته فبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون }
Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
{ لن يدخل الجنة أحد يعمله } قيل : ولا أنت يا رسول الله ؟ قال : { ولا أنا إلاّ أن يتغمدني الله برحمته }
Rasululloh memberitakan bahwa amal yang dikerjakan hamba apapun amal tersebut berapapun nilai dan jumlahnya tidak akan pernah bisa menjadi penukar surga bahkan termasuk amal beliau namun amal adalah sebab untuk mencapai rahmatNya dan rahmatNya adalah fadhlNya dengannya seseorang masuk surga . Oleh karenanya rasulululloh sholallohu ‘alaihi wasallam memerintahkan hamba untuk beramal .
Kelima : Tidak ada kontradiksi antara taqdir dengan perintah beramal, sebab Islam berisikan dua kandungan ; pertama berita yang wajib diimani dan diyakini kebenarannya, haram untuk diingkari dan didustakan . kedua adalah tuntutan yang wajib ditaati dan haram untuk didurhakai . Taqdir adalah jenis pertama yang termasuk berita maka apapun yang diberitakan oleh Alloh dan rasulNya dari taqdir wajib diimani dan diyakini kebenarannya sedang perintah dan larangan adalah masuk jenis kedua yaitu tuntutan maka perintah wajib ditaati dengan dijalankan dan larangan wajib ditinggalkan . Alloh berfirman :
{ الا له الخلق والأمر }
Alloh memberitakan dalam ayat tersebut bahwa taqdir dan perintah adalah berbeda namun kesemuanya adalah milikNya .
Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
{ ما من نفس إلا وقد كتب مكانها من الجنة أو النار } قيل : فلما نعمل يا رسول الله أفلا نتكل ؟ قال : { اعملوا كل ميسر لما خلق له فمن خلق للجنة فسييسر لعمل اهل الجنة ومن خلق للنار فسييسر لعمل اهل النار }
Artinya : { tidak ada satu jiwapun melainkan telah dituliskan tempatnya disurga atau dineraka } ada yang bertanya : maka untuk apakah kita beramal wahai rasululloh, tidakkah lebih baik kita pasrah terhadap taqdir yang telah ditulis ? maka beliau bersabda : { beramallah kalian ! masing – masing akan dimudahkan sesuai taqdirnya, barang siapa yang ditaqdirkan bagi surga niscaya dia akan diberi kemudahan untuk beramal amalan penghuni surga dan barang siapa yang ditaqdirkan bagi neraka niscaya dia akan diberi kemudahan untuk beramal amalan penghuni neraka } .
Keenam : Sumber kesesatan didalam taqdir sangatlah banyak namun ujungnya adalah satu, tenggelam mengorek hikmah taqdir ilahi sehingga mengantarkan pelakunya kedalam lubang kejahiliyahan . Berkata Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyyah rohimahulloh :
وأصل ضلال الخلق من كل فرقة *** هو الخوض في فعل الإلـه بعلـة
فإنهم لم يفهموا حكمة لـــه *** فصاروا في نوع من الجاهلــية
Diantara bukti konkrit ucapan Syaikhul Islam diatas adalah bahwa ahlul jahiliyyah tidak membedakan antara taqdir dengan perintah sebagaimana hal ini juga merupakan sunnah jahiliyyah yang jika mereka diperintah kepada tauhid dan dilarang dari syirik maka mereka durhaka dengan beralasan kepada taqdir . Alloh berfirman :
{ قالوا لو شاء الله ما أشركنا ولا آباؤنا ولا حرمنا من شيء } الآية
Alloh memberitakan jawaban orang – orang musyrik ketika diperintahkan untuk mentauhidkan Alloh dan meninggalkan kesyirikan serta berbagai keharaman, mereka menjawab : “ kalau Alloh mentaqdirkan niscaya kami tidak akan berbuat kesyirikan tidak pula bapak – bapak kami dan juga Alloh tidak akan mengharamkan sesuatupun bagi kami ” mereka durhaka dengan beralasan kepada taqdir . Wallohul Muwaffiq .
والله أعلم وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وسلم والحمد لله 
Sumber:http://manarussunnah.blogspot.com/2010/05/serial-aqidah-shohihah.html

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.