Sebuah Pengantar dalam Memahami Ilmu Pengobatan Terpadu (2)




Oleh: Abu Nafi’ Abdul Ghaffar Al-Atsary
“Wahai teman sejatiku yang peduli,
Saat sakit menimpaku, sungguh telah kurasakan penderitaan,
Telah kudatangi para tabib, kemudian kuambil resepnya yang alami,
Sudah badanku ini dirujuk ke ahli spesialis,
Lalu kurutinkan obatnya hampir tiada henti,
Kenapa kesembuhan yang kudambakan tak datang juga?
Nasibkah? …… atau mungkinkah ini sudah takdirku?
Duhai, betapa malangnya….”

“Wahai saudaraku, yang belum diberi kesembuhan,
Ketahuilah, ikhtiar obat dan herbalmu hanyalah sebab materi,
Sebab-sebab ikhtiarmu yang belum menyentuh hati,
Serta nilai pemahaman Ilahi….”

“Dengarkanlah nasehat ini,
Bukan salah obat dan herbal alamimu,
Namun, apakah tubuhmu telah siap secara alami menerimanya, mengonsumsinya secara alami pula?
Tanpa ada penghalang dari dirimu sendiri,
Pantangan yang kau langgar, istirahat yang kau abaikan…
Kau minum herbal detoks (anti racun),
Tetapi bingung apa tujuannya,
Belum pula kau pastikan keyakinan dirimu untuk sembuh,
Maka, hendaknya bertawakallah dengan ilmu kepada ALLAH ASY-SYAAFI”
Sebagai agama yang sempurna, Islam telah mengajarkan kepada para hambanya agar selalu mempunyai niat yang ikhlas, berpikir positif, optimistis, proporsional serta sikap bijaksana (hilm) dalam memandang suatu perkara. Termasuk di dalamnya adalah pandangan kita terhadap masalah kesehatan terkhusus pengobatan alami.
Pada pembahasan edisi sebelumnya, telah diulas secara ringkas makna holistik, baik dari sisi bahasa maupun menurut Tradisional Chinese Medicine. Telah diulas pula faktor utama dari kekuatan fitrah manusia, sekilas tentang back to nature, serta makna naturalizing the body system(membuat alami sistem tubuh). Sebagai pelengkap, pada edisi ini akan disampaikan beberapa pandangan yang erat kaitannya dengan herbal dan kesehatan terpadu yang sesuai syariat Islam. Semoga bermanfaat.
Herbal Bebas dari Efek Samping?
Pernyataan ini lazim kita dengar dan telah dianggap lumrah oleh masyarakat. Akibatnya, muncul pemahaman keliru yang meyakini bahwa pengobatan dengan menggunakan herbal tidak mempunyai efek samping sama sekali. Bahkan, banyak di antara kita yang beranggapan bahwa penggunaan herbal dalam jumlah yang banyak dan terus menerus, insya Allah tidak akan memberikan efek negatif pada tubuh kita.
Inilah pandangan yang sesungguhnya perlu diluruskan dan didudukkan sesuai dengan kaidah keilmuan yang benar. Mudah-mudahan di masa yang akan datang, herbal tidak lagi mendatangkan ancaman bagi tubuh kita akibat dari salah kaprah dan silang pendapat seputar penggunaannya.

Bukankah kita sering mendengar ucapan “Awas, obat itu adalah racun”.
Apa maksud dari ucapan ini? Tentu saja, penjelasan dan pemahamannya sudah dijelaskan oleh para ahli dari kalangan medis dan farmasi dengan pemahaman yang benar dan dilandasi oleh bidang keilmuan mereka.
Adapun yang akan kami ingatkan pada kesempatan ini, sebagai bentuk kewaspadaan bagi orang yang telah ahli dalam pengobatan herbal, maka akan terucap pula perkataan semisal, “Awas, herbal itu adalah racun” bila “tidak sesuai dengan sindromnya”.
Mengapa? Apakah ini pernyataan yang benar? Kenyataan membuktikan bahwa banyak orang yang minum herbal tidak menyembuhkan sakitnya, bahkan penyakitnya justru bertambah parah. Kegagalan untuk sembuh ini bukanlah disebabkan karena kualitas herbal yang jelek dan tidak alami, melainkan cara pengobatannya yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah pengobatan herbal, dengan izin Allah.
Sebagai gambaran untuk mendekatkan pemahaman, ada kisah seorang guru tabib pengobatan pada jaman dahulu. Sebelum ada alat pengobatan modern, para shinse atau tabib harus melalui berbagai tahapan khusus. Secara disiplin mereka mulai dilatih dengan ketangkasan, pernapasan, relaksasi, menjaga makan dan minuman beserta tata cara dan penyajiannya. Mereka juga disyaratkan untuk menghafal istilah-istilah anatomi tubuh dan materi dasarnya, jalur darah, jalur syaraf dan meridian, dan sebagainya.
Tidak ketinggalan pula, mereka berlatih kasus-kasus dengan mengetahui sebab (causati case) yang berkaitan dengan iklim, nutrisi asupan, emosi, dan psikologi kejiwaan pasien. Selanjutnya, barulah mereka dapat menentukan sindrom (himpunan gejala atau tanda yg terjadi serentak dan menandai ketidaknormalan tertentu) beserta hasil diagnosisnya. Setelah tahap ini dilakukan, barulah mereka dapat memasuki penentuan tahapan terapi dan jenis herbal yang cocok bagi seorang pasien dengan gejala sakit tertentu.
Setelah tahapan tersebut, mereka kemudian diuji dengan materi “herbal” dan “racun” (herb and toxin). Mereka harus memahami apa itu yang tergolong dalam “herbal panas” dan “herbal dingin”, kapan suatu jenis herbal dapat bersifat sebagai obat dan kapan bersifat sebagai racun. Pengetahun terkait hal ini sangat penting, mengingat kelak di tangan sang tabib inilah, ketrampilan mengobati dapat terlaksana, biidznillah.
Demikianlah sesungguhnya yang disebut sebagai pemahaman pengobatan holistik yang benar. Yakni cara pengobatan yang memerlukan ilmu dan pertimbangan. Yang juga diperkaya dengan pengalaman dan dibangun di atas kaidah-kaidah yang mengutamakan keselamatan fitrah manusia. Maka, wajib bagi kaum muslimin yang menekuni dunia pengobatan untuk memerhatikannya dengan sungguh-sungguh, serta menegakkan setiap langkah dalam upayanya tersebut agar senantiasa disandarkan pada syariat Islam. Mana perkara-perkara yang boleh dilakukan, dan mana pula perkara-perkara yang dilarang. Semuanya wajib dikembalikan kepada keagungan syariat Islam yang sempurna.
Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan kita sebagai hamba yang mau dan tunduk untuk memahaminya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala) bagi orang yang yakin. Dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kalian tidak memperhatikan?” (QS.adz-Dzariyaat: 20-21)

Dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lain :
“Kami akan memperlihatkan kepada manusia tanda-tanda kekuasaan kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an ini adalah benar. Dan apakah tidak cukup bagimu, bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Fushshilat: 53)

Mudah-mudahan kita yang berkecimpung dalam dunia pengobatan alami dan Thibbun Nabawi terhindar dari apa yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barang siapa mengobati dan ia tidak pernah diketahui sebelum ini sebagai orang yang mengetahui ilmu pengobatan, maka ia yang bertanggungjawab.” (Dihasankan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam shahih sunan Ibnu Majah)

Sehat yang ‘Hakiki’ adalah yang sesuai dengan Fitrah dan Syariat
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dua perkara nikmat yang kebanyakan manusia tertipu (lalai memanfaatkannya) yaitu sehat dan waktu luang.”

Kemudian dalam metode holistik ini, kita temukan beberapa faedah yang dapat kita ambil untuk memahami bahwa sesungguhnya konsep sehat dan pengobatan adalah sebagai berikut:
1. Adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi hambanya agar mau berpikir;
2. Merupakan perintah yang harus dijaga dan memerlukan bimbingan ilmu, sehingga jika kita sakit maka dianjurkan berobat dengan cara yang sesuai dengan tuntunan syariat;
3. Kesehatan selalu mengacu kepada penerapan pola makan yang alami dan Islami, pola kerja, gaya hidup, dan perbuatan yang tidak menzalimi tubuh, serta pola pikir yang Islami pula;
4. Terciptanya kondisi yang seimbang (balance) antara sistem kekebalan tubuh (immunity) yang mampu bertahan dari berbagai ancaman yang terdapat di muka bumi ini;
5. Kesehatan itu mencakup luar dalam, dari yang tampak dari luar seperti kulit dan rambut, serta yang tidak tampak yaitu yang terdapat di dalam tubuh, seperti jaringan darah, syaraf, dan kelenjar;
6. Kesehatan itu terpadu dan mencakup baik fisik maupun psikis, yaitu mental, emosional, dan spiritual. Inilah makna holistik yakni keterpaduan dengan satu rentetan daur ulang (recycling) yang bersambung (continuous), teratur (regular), dan berkala (periodical), serta saling berhubungan satu sama lain (related-tak bisa dipisahkan);
7. Terlibat di dalamnya perasaan, pikiran, cita-cita, ide-ide, yang tercukupi dengan tenang dan tanpa gangguan.

Lebih jauh lagi, prinsip pengobatan holistik haruslah disesuaikan dengan kaidah pengobatan Islam, di antaranya:
1. Keyakinan yang ikhlas dan utuh, bahwa Dzat yang menyembuhkan adalah Allah asy- Syafi. Dan kesembuhan bukanlah di tangan manusia seberapapun kemahiran ilmunya dalam pengobatan;
2. Para tabib dan pasien secara arif dan bijaksana menggunakan obat-obatan yang halal dan baik (thayyib), serta meninggalkan segala macam obat-obatan yang haram;
3. Pengobatan yang dilakukan hendaknya mengangkat akal dan martabat manusia;
4. Metode pengobatan tidak membawa mudarat (bahaya dan kecacatan), sehingga memerlukan pertimbangan syariat dan ilmu pengobatan;
5. Islam melarang keras segala bentuk pengobatan yang mengandung unsur mistik, di antaranya:
a. Tahayul dan Bid’ah dhalalah, yang dikaitkan dengan kekuatan gaib dari roh halus atau jin, sehingga merusak akidah tauhidullah (penyembahan dan penyucian hanya kepada Allah l). Contohnya adalah terapi yoga, buka aura, meditasi, reiki, ruqyah kejawen, larung sesaji, dan sebagainya yang mengerdilkan fitrah muslimin;
b. Syirik, yakni melakukan pelanggaran saat pengobatan berupa menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal Rububiyyah, Uluhiyyah, serta nama dan sifat-Nya, antara lain mendatangi tabib dukun, orang sakti, tukang sihir, dan tukang ramal, meskipun penampilan mereka seperti ahli ibadah;
c. Khurafat, yaitu mengaitkan pengobatan dengan hari-hari khusus yang keramat, kuburan keramat, dan benda-benda keramat. Contohnya menggunakan bunga, jampi-jampi, keris pusaka, jimat petuah, mantra ajian, wifik, rajah, atau isim-isim dalam berobat, yang semuanya itu tidak ada dalilnya dalam Islam;
6. Selalu menempuh jalur ihsan (baik) dan terpuji, berupaya untuk lebih baik dalam pengembangan ilmu dan terapi pengobatan (ijtihadiyyah), serta menjadikannya sebagai sebab duniawi bukan kepastian kesembuhan;
7. Hanya bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hal inilah yang menjadi dasar dalam memahami ilmu pengobatan Holistik secara tepat dan benar, yaitu dengan meletakkan sesuai dengan syariat Islam, sehingga menjadikan pengobatan dalam Islam berbeda dengan metode pengobatan agama, aliran kepercayaan, atau keyakinan lainnya.
“Alhamdulillah, kembali saya bersyukur kepada-Mu ya Allah, yang telah mengaruniaiku badan yang sempurna dan memahaminya dengan ilmu-Mu”
Sungguh banyak hal orang tahu tentang sesuatu,
Ia bisa menjadi ahli dan mampu dalam sesuatu,
Bagaimana agar tubuhnya senantiasa sehat,
Namun sayangnya dirinya tidak paham, ke mana diarahkan keinginannya untuk sehat”
Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber: http://majalahmuslimsehat.com/sebuah-pengantar-dalam-memahami-ilmu-pengobatan-terpadu/

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.