Sebuah Pengantar dalam Memahami Ilmu Pengobatan Terpadu (1)



sebuah-pengantar-dalam-memahami-ilmu-pengobatan-terpadu


Oleh: Abu Nafi’ Abdul Ghaffar al-Atsary

”Di dalam dunia pengobatan tidak ada yang terpecah, terpisah dan saling berlawanan. Yang ada justru satu terpadu, saling mendukung  dan  memberikan  arti”
Renungan Syukur
”Alhamdulillah, saya bersyukur ke-pada-Mu ya Allah, yang telah mengaruniakanku badan yang sehat, hidup di alam yang aman nan nyaman, dengan pikiran yang positif, optimis serta ikhlas.”
”Walhamdulillah, sayapun bersyukur kepada-Mu ya Allah, yang telah memberiku rezeki yang halalan thayyibatan, yang murni alami (natural) dengan kekuatan sehat sebagai bekal untuk beribadah kepada-Mu”

Holistik, Makna yang Terpadu

Pengertian ”holistik” dapat dipahami dari runtutan bahasa asalnya.
Holistik berasal dari bahasa Inggris, “Holistic (adjective)”, yang artinya mempertimbangkan seseorang atau sesuatu sebagai satu keseluruhan, bukan sebagai bagian-bagian yang terpisah (considering a person or thing as a whole, rather than as separate parts- Longman Dictionary of Contemporary English).
Adapun makna lainnya adalah “satu terpadu, menyeluruh dan berkaitan” (Holistik, dalam pengertian TCM-Tradisional Chinese Medicine), yakni bersatunya antara hubungan luar–dalam, lahir-batin serta adanya kesinambungan.
Sementara itu, pendapat ahli ilmu ketika meletakkan dasar-dasar pemahaman pengobatan, diantaranya adalah yang sudah dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah yang menyebutkan:
”Penyakit itu terbagi atas dua macam, yaitu penyakit hati dan penyakit raga. Kedua penyakit tersebut sudah dijelaskan pula dalam Al-Qur’an.” (Zaadul Ma’ad jilid IV, Fit Thibb an-Nabawi).
Kemudian, para ahli pengobatan muslim juga berdalil dengan hadist, bahwasanya Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Hendaklah kalian menempuh dua hal kesembuhan (yaitu berobat) dengan madu dan Al-Qur’an.” (HR. Ibnu Majah)
Dalam sebuah ceramah pengantar, seorang tabib holistik mengatakan:
”Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membekali setiap tubuh manusia dengan satu kekuatan fitrah (alami-natural) yang dapat digunakan untuk menolak serta menyembuhkan secara pribadi setiap penyakit yang menyerang dirinya. Kekuatan tersebut di dalam dunia kedokteran dikenal sebagai sistem imunitas (daya tahan tubuh). Imunitas berfungsi untuk menghalau masuknya berbagai penyakit yang datang dari luar tubuh baik yang berupa bakteri, virus, atau patogen-patogen luar.”  
”Kekuatan fitrah (imunitas) tersebut tergantung pada 4 (empat) faktor utama yaitu:
  1. spiritual (kalbu), yang berperan sebesar 50%.
  2. mental (akal) berperan sebesar 20%.
  3. emosi (nafsu) berperan sebesar 20%.
  4. fisikal (jasmani) berperan sebesar 10%.
Perlu diketahui bahwasanya keempat faktor tersebut saling bergantung satu sama lain.”
”Kenyataan ini didukung oleh sebuah penelitian di dunia barat yang menghasilkan temuan, bahwasanya orang yang memiliki ketabahan dan optimisme tinggi terhadap kesembuhan penyakit yang dideritanya, ternyata memiliki peluang sembuh yang jauh lebih besar dibandingkan dengan orang yang selalu berkeluh kesah dan pesimis terhadap penyakit yang dideritanya.”
”Berdasarkan pada pemahaman itulah, maka muncul sebuah sistem pengobatan baru yang dikenal dengan nama Perubatan (pengobatan, ed.) Jawi (di negeri Perlis Malaysia). Ini merupakan sebuah sistem pengobatan yang bersifat holistik (menyeluruh) yakni mengobati penyakit tidak saja dari segi fisik tetapi juga dari segi spiritual, mental dan emosionalnya. Perubatan Jawi meletakkan satu kaidah bahwasanya pengobatan penyakit haruslah dilakukan secara menyeluruh (holistik) yang sesuai dengan fitrah manusia.” (Tn. Haji Ismail bin Achmad, Intibah, cet V, 2007)
Subhanallah, sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membekali dan mengaruniakan kepada manusia sebuah sistem pertahanan tubuh yang sangat hebat, yaitu berupa respon imunitas yang selalu siap menghadapi ancaman dari lingkungan luar berupa patogen dan infeksi mikroorganisme. Bahkan dari penuturan ahli pengobatan modern, terungkap bahwa ”tubuh tidak pernah didesain untuk menjadi sakit”.
Tentu saja jika tubuh selalu dalam keadaan seimbang, maka manusia akan mempunyai tubuh yang sehat. Kita menyatakan hal tersebut sebagai keajaiban tubuh manusia, sehingga tubuh menjadi aset yang paling berharga yang harus kita jaga. Insya Allah, akan datang pembahasan yang menarik seputar pengobatan holistik dan tubuh kita.
Sungguh benar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (٤)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

(QS. at-Tin: 4)

Berikut ini adalah hal-hal yang sering dikaitkan dengan pengobatan holistik.

Bahasan Back to Nature, Alam dan Alami

Istilah yang mempunyai arti kembali ke alam ini mulai dikenal di seluruh dunia dan kemudian menjadi istilah yang sangat populer pada saat menjelang datangnya tahun milenium, yaitu tahun 2000 Masehi. Pada saat itu manusia belum dapat memahami apa yang dimaksud dengan kembali ke alam atau kembali kepada yang serba alami dalam tatanan dunia yang sudah penuh dengan perubahan yang bersifat fisik ini.
Adanya pencemaran alam pada air, tanah dan polusi udara, berdampak pada makanan dan hasil bumi. Penggunaan alat-alat produksi modern mengakibatkan terjadinya pencemaran unsur-unsur radikal yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi tatanan kehidupan manusia untuk mengubah pola pemahaman kita tentang kesehatan dan sakit.
“Back to nature” merupakan slogan atau ajakan, atau renungan untuk menjaga alam, tubuh dan apa saja yang merupakan makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Slogan itu juga mengajak agar manusia dapat memanfaatkan alam secara bijaksana, merawatnya, memeliharanya dari kerusakan, dan mempertahankannya demi kemaslahatan manusia itu sendiri, yang manfaatnya kembali kepada manusia dan anak cucunya di masa yang akan datang.
Inilah sebenarnya yang merupakan salah satu dari sekian nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Dalam pengobatan cara alami, pengertiannya adalah selalu memanfaatkan unsur–unsur murni yang tersedia di alam. Unsur-unsur tersebut diambil manfaatnya dengan benar dan kemudian diolah sebijaksana mungkin, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Perlu diingatkan, bahwasanya kembali ke alam bukanlah mempunyai makna memanfaatkan sumber daya alam atau sekadar makan dan minum yang alami atau yang berasal murni dari alam. Bukan pula semata-mata berobat dengan mengonsumsi herbal, jus atau sup dengan cara yang alami saja. Akan tetapi, cara pemanfaatannya pun harus sealami irama tubuh, yaitu dengan mengenali keutuhan sifat dan karakteristik tubuh manusia.

Naturalizing the body system

Membuat alami sistem tubuh (Naturalizing the body system) mempunyai makna: “memaksimalkan organ tubuh dan sistemnya yang tercipta tanpa unsur sintetis untuk dapat bekerja sesuai fenomena organ tubuh”. Fenomena organ tubuh yang dimaksud di sini adalah mencakup zatnya, materi dasar yang terkandung di dalamnya, sifat dan peran fisiologisnya.
Selanjutnya, ada satu hal lagi yang sangat penting yang perlu digarisbawahi pada pembahasan awal ini, yaitu bahwasanya barang siapa ingin memahami pengobatan holistik, serta merasakannya sebagai satu kenikmatan kesembuhan, maka hendaklah dirinya berusaha untuk memahami sistem dan sifat-sifat dari tubuhnya. Manusia harus dengan arif mengakui dan memahami bahwasanya tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan tubuh kita beserta rinciannya dengan sia-sia. Sungguh, nama dan sifat tubuh pun telah dijabarkan, baik secara global dan rinci agar manusia dapat mensyukuri nikmat yang besar ini.
Wallahu a’lam bish shawab.
Insya Allah bersambung ke bagian 2 …
Sumber: http://majalahmuslimsehat.com/sebuah-pengantar-dalam-memahami-ilmu-pengobatan-terpadu-1/

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.