Ketika Ilmu Tauhid dan Aqidah Diabaikan


                              Al-Ustadz Abu Ibrahim ‘Abdullah Bin Mudakir Al-Jakarty hafidzahullah
Prihatin, inilah yang pertama kali ana ingin tulis dalam artikel ini, berapa banyak orang yang bangga ketika dirinya telah berhasil menyelesaikan  studi dalam disiplin ilmu dunia tertentu atau banyak orang tua telah bangga dan merasa telah berhasil mendidik anak  ketika anaknya meraih gelar dalam disiplin ilmu dunia tertentu. tapi sangat memprihatinkan sekolah tinggi-tinggi menempuh waktu  yang tidak sedikit, ditanya tentang permasalahan agama yang paling pokok tidak tahu, ditanya tentang permasalah aqidah yang paling sederhana tidak tahu, ditanya masalah tauhid tidak tahu …!! Bagaimana dia tidak tahu perkara yang menjadi sebab dia diciptakan.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya :  ” Dan tidaklah aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaku” (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Berkata Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘anhu : “Setiap apa yang terdapat di Al -Qur’an dari perintah ibadah, bermakna tauhid “ ( Silahkan lihat Tafsir Al Baghowi )
Bagaimana dia tidak tahu perkara  islam yang dibangun diatasnya, Rasululloh Shalallahu ‘alahi wassalam : ‘ Islam dibangun atas lima perkara , supaya mereka mentauhidkan Alloh, mendirikan sholat, menunaikan zakat, shoum ramadhan, dan haji” (HR. Imam Bukhari dan Muslim, ini lafadz Muslim dari hadist Ibnu Umar)
Bagaimana dia tidak tahu perkara yang menjadi inti dari dakwah para Rasul :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Artinya :  “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) “Beribadalah kepada Allah (saja) dan jauhilah Thogut” (QS. An-Nahl : 36)
Bagaimana dia tidak tahu perkara yang pertama kali diwajibkan atas nya untuk dia pelajari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepada Muadz ketika beliau mengutus Muadz Bin JabalRadhiyallahu ‘anhu berkata ke negeri Yaman berkata beliaui Shalallahu ‘alaihi Wassalam : ” Sesungguhnya kamu akan mendatangi sebuah kaum dari ahlu kitab, maka yang pertama kali kamu dakwahkan adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala ” (Hadist Mutafaq ‘alahi dan ini lafadz Bukhari)
Oleh karena itu penting dan wajib bagi kita untuk mengilmui ilmu tauhid dan aqidah kemudian mengamalkannya secara dzohir dan bathin. Bahkan kewajiban yang paling wajib.
Dibawah ini penjelasan ringkas tentang makna tauhid dan macam-macamnya
Pengertian Tauhid :
Secara Bahasa : Berasal dari kata (wahada – yuwahidu tauhidan, ja’ala syai’i wahidan) maknanya menjadikan sesuatu menjadi satu (Taisirul ‘Azizul Hamid, Syaikh Sulaiman Alu Syaikh)
Secara Syar’i : Mentauhidkan Allah dengan apa-apa yang menjadikan kekhususan bagi Allah, didalamRububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya dan Asma wa Sifat-Nya (Qaulul Mufid ‘ala Kitabut Tauhid , Syaikh Ibnu Utsaimin : 11 dan Syarh Kasyfi Subhaat, Syaikh Ibnu Utsaimin : 21 )
Macam-macam Tauhid
Para ulama Ahlus Sunnah membagi tauhid menjadi tiga. Berkata Syaikh Abdul ‘Aziz Bin BaazRahimahullah : ” Bahwa Tauhid yang dengannya Allah mengutus Rasul dan menurunkan dengannya kitab dibagi menjadi 3 macam, menurut penelitian nash-nash dari Al-Kitab dan As-Sunnah dan menurut kenyataan orang-orang yang dibebani syariat….yang pertama tauhid rububiyah, yang kedua  tauhid ibadah dan dinamakan juga tauhid uluhiyyah dan yang ketiga tauhid asma’ wa sifat “ (Ta’liq Aqidah Thahawiyah, Syaikh Ibnu baaz dengan diringkas . hal : 45)
Tauhid rububiyah adalah : ” Mentauhidkan Allah di dalam perbuatan-perbuatan-Nya yaitu mengilmui dan meyakini bahwa Allah esa dalam penciptaan, memberi rejeki dan pengaturan” (silahkan lihat ta’liq Aqidah Thahawiyah, Syaikh Ibnu baaz dan  Jamiul Farid Syarah kitabut tauhid )
Diantara dalilnya firman Allah ta’ala :

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya:  “Segala puji bagi Allah Rabb semesta Alam” (QS. Al-Fatihah : 2)

اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ

Artinya : “Allah pencipta segala sesuatu “ (QS. Az-Zumar : 62)
Macam yang pertama ini diakui dan diyakini oleh orang-orang Musyrik zaman dahulu dan tidak menyebabkan masuknya mereka ke dalam Islam. Hal ini sebagaimana firman Allah :

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ المَيِّتِ وَيُخْرِجُ المَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ

Artinya :  Katakanlah: ” Siapakah yang melimpahkan rezeki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus : 31)
Sangat jelas sekali ayat ini menjelaskan orang – orang musyrik zaman dahulu mengakui bahwa Allah sebagai penciptanya, pemberi rezekinya dan pengakuan terhadap makna rububiyah yang lainnya tapi tidak memasukkan mereka ke dalam Islam. Sedikit sekali orang yang mengingkari Tauhid Rububiyah kecuali orang-orang yang sombong sepert fir’aun, Namrud dan Dahriyah pada zaman dahulu, komunis pada zaman sekarang. Dan keingkarannya terhitung sebagai kafir mulhid.
Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah di dalam perbuatan hamba, yaitu dengan menunjukkan ibadah hanya kepada Allah semata dan tidak ada sekutu bagi Nya, seperti Mahabbah (cinta), khouf (takut),roja’, tawakkal, doa menyembelih hewan dan ibadah yang lainnya dia peruntukkan hanya kepada Allah semata dan tidak kepada lainnya. (lihat Qoulu Mufied fi adilatit tauhid dan jamiul Farid Syarah kitabut tauhid)
Sebagimana firman Allah :

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Artinya : “Hanya kepada engkaulah kami menyembah dan memohon pertolongan” (QS. Al-fatihah : 5)

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya”. (QS. An-Nisaa : 36)
Tauhid uluhiyah inilah yang diingkari oleh orang musyrik zaman dahulu, dalilnya adalah  sebagaimana  firman Allah ketika nabi berkata kepada kaumnya :
” ucapankanlah kalian لا إِلَهَ إِلا اللهُ Supaya kalian beruntung, mereka berkata :

أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

Artinya : ” Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu menjadi sesembahan yang satu saja, sesungguhnya ini benar-benar sesuatu hal yang sangat mengherankan “ (QS. Shaad : 5)
Tauhid asma wa sifat yaitu beriman dengan apa-apa yang Allah sifatkan untuk diri Nya di dalam kitab Nya dan apa yang Allah disifati dengannya oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dari nama-namaNya yanghusna dan sifatnya yang ulya. Menetapkan sebagaimana adanya, tanpa takhrif (menyelewengkan makna dari sifat Allah ke makna yang batil), tanpa takyif (menanyakan bagaimana hakikat sifat Allah) tanpa tamsil(menyamakan sifat Allah dengan makhluknya )

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Artinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat.”(QS. As-Syura’ : 11)
Wahai saudaraku, tauhid bukanlah ilmu yang dipelajari sejam dua jam, bukan juga sehari dua hari, tapi ilmu yang dipelajari sampai akhir hayat kita karena tauhid adalah kewajiban yang paling wajib yang jika seseorang meninggalkannya atau melalaikan dari mempelajarinya sehingga dia terjatuh dari perbuatan syirik akbar maka dia bukanlah seorang muslim tetapi sorang musyrik kafir, murtad (keluar dari agama jika sebelumnya dia seorang muslim)

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

Artinya : “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan baginya surga, dan tempatnya ialah neraka, Dan tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah : 72)
Oleh karena itu wahai saudaraku, jangan pernah engkau  meninggalkan dan melalaikan dari mempelajari tauhid. Karena resikonya tidaklah ringan berkata Syaikh Shalih Abdul ‘Aziz Alu Syaikh :”… Yang kedua al-amal, beramal dengan ilmu . beramal dengan ilmu diantaranya ada yang jika di tinggalkan merupakan hukumnya kafir dan diantara nya jika ditinggalkan hukumnya maksiat, dan diantaranya jika ditinggalkan hukumya makruh, dan diantaranya jika ditinggalkan  hukumnya mubah bagaimana bisa seperti itu …? ilmu bermacam -macam, maka ilmu tentang tauhid, bahwasanya Alloh ‘Azza wa jalla Dialah yang berhak untuk di ibadahi semata jika seorang hamba telah mengetahuinya dan tidak mengamalkan ilmunya, dengan berbuat syirik kepada Allah tidak bermafaat ilmunya , maka meninggalkan amal dalam kondisi orang seperti ini merupakan kekafiran” (Syarh Ushulus Tsalasah Syaikh Sholeh alu Syaikh : 22 )
Sumber : http://tauhiddansyirik.wordpress.com/2008/11/28/ketika-ilmu-tauhid-dan-aqidah-diabaikan/

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.